Senin, 19 Oktober 2015

Menuju Hati Yang Bersih.. (Urgen)

Qolbun Salim berasal dari 2 kata dalam bahasa Arab, yang artinya adalah Qolbun (artinya hati) dan salim (artinya bersih, suci, dan lurus). Jika kedua kata ini yakni Qolbun Salim (digabungkan), maka akan membentuk arti yakni “hati yang lurus, hati yang bersih, hati yang suci dan ikhlas dalam segala gerak, perasaan, fikiran, perbuatan serta lain-lainnya hak hanya semata-mata kepada Allah SWT.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ * يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ* إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ*
{” Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yakni) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih.” “}
Jika kita renungkan ayat suci di atas ini, menerangkan bahwa sebenarnya Allah SWT menginginkan supaya seluruh hamba-hamba-Nya mampu memiliki hati yang bersih, yang bisa mengantarkan mereka menuju surga-nya Allah SWT, sekligus sebagai penyempurnaan segala kenikmatan-kenikamatan yang diberikan kepada seluruh mereka/ hamba-hamba-Nya.
Namun untuk menuju hati yang bersih ini, kita hendaknya terlebih dahulu wajib mengetahui seluk-beluk dasar hati manusia, seluk-beluk sifat-sifatnya dan juga berbagai godaan yang bisa menghanyutkan-nya ke jurang kesesatan. Sungguh hati ini adalah merupakan sentral jiwa manusia, dalam artian apabila hati-nya itu baik, maka insyaallah akan baik pula seluruh jasad/ tubuhnya, dan apabila hati-nya buruk, maka insyaallah akan buruk pula seluruh jasad/ tubuhnya.
Sebagaimana Imam Al-Ghazali yang mengungkapkan bahwasanya; “Hati adalah merupakan sesuatu yang paling berharga (bernilai) dalam diri manusia. Sebab dengan hati inilah, seseorang itu mampu mengenal Tuhannya (Allah SWT), Mampu beramal untuk mengharapkan ridho-Nya serta juga mampu mendekatkan dirinya kepada Tuhannya (Allah SWT). Sedangkan jasad tersebut pada hakekat-nya hanyalah semata-mata menjadi pelayan dan pengikut dari hati itu sendiri, sebagaimana seorang pelayan terhadap tuan-nya”.
Maka dari itu saudaraku, terlintas di dalam sebuah ungkapan bahwasanya, “Bagisiapa yang mengenal hati-nya maka ia niscaya akan mengenal Rabbnya”. Namun sanyang-beribu-sayang, bahwa betapa banyak-nya manusia di dunia ini yang masih belum/ tidak mengenal perihal hatinya sendiri itu. Sehingga Allah SWT menjadikan mereka seolah-olah dirinya itu terpisah dari hati-nya. Pemisahan ini tentunya bisa berbentuk penghalang dalam mengenal hatinya tersebut dan penghalang diri dalam mengenal pengawasan Allah SWT. Dan atas dasar inilah, banyak sekali ulama’ yang menjadikan {ma’rifatul qolbu} sebagai acuan dasar dan sebagai pedoman bagi orang-orang sholeh yang ingin lebih mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Berbagai rintangan dan setumpuk godaan setan yang datang untuk mempengaruhi hati kita menuju kepada Sang Maha Kuasa. Sebab godaan setan itu sangatlah luar biasa terhadap diri kita. Bahkan Imam Al-Ghazali telah memberikan gambaran dengan melalui sebuah benteng, Dimana Benteng tersebut dikepung oleh musuh yang sangat berambisi untuk memasuki dan menguasai kekuasaannya. Benteng tersebut tentunya sudah menjadi sesuatu yang harus betul-betul dijaga ketat termasuk dalam pintu-pintunya, dengan tujuan untuk menghindari desakan para musuh yang acap kali bergerak menyerbunya. Akan tetapi orang tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa pintu-pintunya itu sudah barang tentu ia tidak mampu untuk menjaganya. Maka demikian hal-nya pula dengan hati kita.
Artinya kita tidak mungkin mampu menjaganya bahkan juga menangkal setan/ iblis yang acap kali menyerang kita melainkan dengan mengetahui apa saja dan bagaimana pintu-pintu yang terdapat dalam hatinya tersebut. Ketahuilah bahwa Pintu-pintu yang dapat dimasuki oleh setan/ iblis itu diantaranya adalah sebagai berikut :
Ambisi
Iri hati
Dengki
Emosi
Hawa nafsu (kemaksiatan)
Kemegahan (bermewah-mewah)
Cinta (lawan jenis)
Kesombongan
Angkuh
Dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW sering mengucapkan dalam doa yang cukup masyhur, berikut ini :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ، وَيَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
{” Wahai Pembolak balik hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu. Wahai Pemutar balik hati, tetapkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu. “}
Beliau Rasulullah SAW saja yang sudah di jamin untuk menapakkan kakinya kedalam surga Allah SWT, masih dengan khusyu’nya dan tawadhu’nya memanjatkan lantunan irama doa yang sangat indah tersebut. Maka dari itu kita sebagai umat beliau dan pengikut-nya yang sejati, maka haruslah kita selalu memanjatkan doa-doa dengan tujuan untuk kelurusan hati kita yang merupakan hal yang sudah seyogyanya mendapatkan prioritas utama dalam setiap doa.
Oleh karena itu Kami dari MutiaraPublic, sejenak ingin mengajak Anda untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari berbagai keegoisan hati yang acap kali menghampiri dan menggoda kita untuk bersimpuh menjauh di hadapan-Nya, baik itu pengaruh godaan politik, sekte, golongan, jabatan, kekayaan dan lain sebagainya. Guna memasrahkan dan memantapkan jiwa dan raga ini yang ternyata sangatlah kecil dan sungguh tiada memiliki daya apapun juga di hadapan Allah SWT.
Mudah-mudahan Allah SWT yang maha Menatap, Allah Yang Maha Mendengar, Allah Yang Maha Pemberi, mengaruniakan kepada kita Qolbun Salim, hati yang bersih, hati yang jernih, hati yang lurus, dan hati yang lapang. Aamiin Ya Robbal’Alamiin !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

harap jaga kesopanan.
mohon kritk dan saran yang membangun.

Looped Slider

Find Us On Facebook

Gallery

Random Posts

Social Share

Flickr

Events

Gagdet